KLATEN, Merdekapostnews.top
Perayaan enam tahun kebersamaan DFR (Delanggu Free Rider ) komunitas ojol gabungan Delanggu, berlangsung sederhana namun penuh makna, menegaskan bahwa kebersamaan dan solidaritas lebih berharga daripada kemewahan. Acara inti digelar di BC Pasar Baru Delanggu dengan makan bersama, konsolidasi, refleksi, dan evaluasi perjalanan selama enam tahun terakhir, di bidang transportasi online. Nuansa hangat dan kebersamaan menjadi benang merah yang mengikat seluruh rangkaian kegiatan, dari senam pagi hingga donor darah, hingga makan bersama di atas daun pisang yang menyiratkan simbolisme kesederhanaan (29/10/2025).
Kegiatan dimulai lebih awal dengan senam sehat bersama Klub Senam Lun Lovers Klaten yang dilaksanakan di pelataran Sri Kumbang Resto. Puluhan peserta mengikuti gerakan bersama dengan antusiasme tinggi, membuka hari dengan energi positif dan semangat kolektif. Senam bersama bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan juga upaya mempererat tali persaudaraan antar anggota komunitas, memperlihatkan bahwa kebersamaan dibangun sejak hal-hal sederhana yang menyentuh keseharian.
Selanjutnya, bakti sosial donor darah diselenggarakan di lantai dua Sri Kumbang Resto sebagai bentuk bakti sosial masyarakat berkolaborasi dengan Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community dan Studio 7 Art House. Aksi donor darah ini menjadi wujud konkret kepedulian DFR terhadap sesama, menegaskan bahwa organisasi tidak hanya fokus pada dunia transportasi online tetapi juga pada tanggung jawab sosial. Kegiatan kemanusiaan tersebut menambah dimensi kematangan komunitas, menggabungkan semangat gotong royong dengan kreativitas dan keterlibatan lintas kelompok.
Momen puncak perayaan berlangsung di BC Pasar Baru Delanggu. Meski di tengah hujan yang datang tiba-tiba namun tetap tidak mengurangi khidmat suasana. Hujan yang turun seolah menambah nuansa kebersamaan, basah bersama, berteduh bersama, dan tetap melanjutkan aktivitas yang telah direncanakan. Marjoko, salah seorang panitia, menegaskan bahwa konsep sederhana sengaja dipilih bukan karena keterbatasan kemampuan menggelar acara mewah, melainkan sebagai strategi untuk mendekatkan kembali rekan-rekan pada visi dan misi organisasi. Dari kesederhanaan itulah DFR dibangun, dan kesederhanaan itulah yang ingin dikembalikan kepada semua yang ikhlas bergabung dalam keluarga jalanan ini.
Meski komunitas ini tidak memiliki basis massa besar, kebersamaan beberapa driver dari berbagai aplikator yang bersatu memberi warna tersendiri pada perjalanan DFR. Mereka adalah keluarga kecil yang saling menopang di jalanan, berbagi cerita, pengalaman, dan bantuan praktis ketika diperlukan. Dalam konteks itu, kemewahan tidak pernah menjadi tujuan, yang dirayakan adalah suka cita, empati, dan semangat kolektif untuk saling berbagi. Nilai-nilai inilah yang menjadi nafas organisasi sehingga tetap eksis dan relevan sampai hari ini.
Acara makan bersama di atas daun pisang menjadi simbol yang kuat. Hidangan yang disajikan sederhana namun hangat, diletakkan di atas daun pisang sebagai lambang kearifan lokal dan kesetaraan. Duduk bersama kembul bujana tanpa sekat meja dan piring mewah menghadirkan suasana kebersamaan yang tulus, makanan menjadi pengikat cerita, tawa, dan refleksi. Dalam kebersamaan itu, setiap orang menjadi setara, tak ada hierarki yang menghalangi komunikasi atau rasa memiliki terhadap komunitas.
Refleksi dan evaluasi perjalanan enam tahun selama di bidang transportasi online menjadi bagian penting dari acara. Diskusi berlangsung jujur dan terbuka, menyoroti tantangan, keberhasilan, dan pelajaran yang diperoleh sepanjang perjalanan. Kesadaran kolektif tumbuh dari cerita-cerita lapangan, soal kebijakan aplikator, dinamika pekerjaan harian, serta kebutuhan untuk memperkuat solidaritas antar driver. Konsolidasi ini bukan hanya soal laporan kegiatan, tetapi juga tentang merumuskan langkah-langkah nyata agar DFR dapat terus menjadi wadah dukungan praktis dan emosional bagi anggotanya.
Kehadiran mitra rekanan dan komunitas menambah warna perayaan. Mereka datang bukan sekadar sebagai tamu, melainkan sebagai bagian dari jejaring solidaritas yang menegaskan bahwa perjuangan komunitas lokal tidak berjalan sendiri. Kolaborasi dengan lembaga lokal, komunitas kreatif, dan klub kesehatan memperkaya cakupan kegiatan, membuka peluang sinergi yang dapat ditindaklanjuti di masa mendatang. Hal ini mempertegas bahwa DFR tidak hanya menjaga eksistensi internal, tetapi juga membangun hubungan eksternal yang produktif dan saling menguatkan.
Di akhir rangkaian, harapan disampaikan oleh panitia bahwa perayaan ini menjadi kenangan yang menumbuhkan rasa solidaritas lebih dalam. Marjoko berharap momen sederhana ini menjadi warna tersendiri di antara rekan-rekan dan memperkuat rasa kepedulian terhadap sesama. Harapan tersebut bukan sekadar retorika, melainkan ajakan untuk meneruskan semangat kolektif dalam tindakan sehari-hari, saling berbagi informasi, membantu saat kesulitan, dan terus menjaga nilai-nilai kesederhanaan yang telah menjadi ciri khas DFR.
Perayaan enam tahun DFR menunjukkan bahwa kebersamaan yang tulus mampu menghadirkan kehangatan lebih dari apapun. Dari senam pagi hingga donor darah, dari makan bersama di atas daun pisang hingga refleksi perjalanan organisasi, semua elemen terpaut pada satu tujuan, memelihara ikatan solidaritas dan menjadikan kesederhanaan sebagai landasan tindakan. Dalam dunia yang sering merayakan yang kemegahan, DFR memilih cara lain, merayakan kebersamaan yang riil dan berkelanjutan, sehingga setiap anggota pulang membawa bukan hanya perut kenyang, tetapi juga hati yang terikat pada sebuah keluarga jalanan yang terus hidup dan berbagi. Semoga kedepan DFR bisa makin solid dan terus mewarnai perjalanan jalanan dengan warna warni semangat kebersamaan.
(Pitut Saputra)
