KLATEN, Merdekapostnews.top
Ada yang sedikit berbeda dari perhelatan Sri Kumbang Award 2025 ini. Menurut Ipunk salah seorang Panitia mereka juga menggunakan platform Artsteps dalam pameran nantinya. Artsteps adalah satu dari sekian banyak platform realitas tertambah AR (Augmented Reality) dan realitas virtual VR (Virtual Reality) yang mengubah cara kita memandang pameran seni, yakni dengan memindahkan ruang galeri dari fisik ke dunia digital. Di platform Artsteps siapapun dapat merancang ruang pamer tiga dimensi, menata karya, menambahkan teks dan audio, serta mengatur tata cahaya sehingga pengalaman kunjungan ke gallery terasa imersif meskipun hanya diakses lewat layar komputer, ponsel, atau perangkat VR. Bagi seniman, kurator, pendidik, dan penggiat budaya, Artsteps menawarkan kebebasan bereksperimen tanpa batasan fisik, lukisan dapat digantung di langit-langit, instalasi bisa melayang di ruangan, dan narasi pameran dapat menyisipkan video proses kreatif atau rekaman pembicaraan pengarang karya. Keunggulan ini membuka peluang baru untuk memperluas jangkauan audiens, mengurangi biaya operasional, dan mendemokratisasi akses terhadap pameran seni, Rabu, 15/10/2015.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa “Perkembangan teknologi selama dekade terakhir, khususnya peningkatan kualitas perangkat AR/VR, standar file 3D yang semakin matang, serta akses internet yang membaik, mendorong hadirnya galeri-galeri dalam metaverse yang semakin realistis dan mudah dinikmati. Berbeda dari galeri fisik yang dibatasi oleh lokasi dan jam buka, galeri metaverse bersifat always-on dan dapat dikunjungi dari mana saja. Keistimewaan ini menjadi nilai tambah untuk negara atau daerah dengan keterbatasan fasilitas seni, seniman lokal dapat menampilkan karya kepada pengunjung internasional tanpa biaya transportasi atau risiko kerusakan fisik. Selain itu, pameran digital memudahkan kurator untuk membuat versi tur terpadu lengkap dengan audio guide, tautan pembelian karya, dan konten interaktif yang memperkaya keterlibatan pengunjung.” terang Ipunk.
Bagi generasi muda sendiri, mengenal dan menguasai platform seperti Artsteps menjadi hal penting untuk menjaga relevansi kreatif dan membuka peluang ekonomi baru. Dunia seni kini tidak hanya tentang ruang fisik dan relasi tatap muka, kemampuan menerjemahkan gagasan ke dalam format digital akan menentukan seberapa jauh karya dapat dikenal dan diapresiasi. Menurutnya pemuda kreatif yang piawai menggunakan alat digital punya keuntungan kompetitif, mereka bisa memproduksi pameran digital sendiri, menguji narasi pameran, berkolaborasi lintas batas negara, serta mengeksplorasi model monetisasi alternatif seperti penjualan karya digital, proyek kolaboratif berbayar, dan workshop daring. Literasi teknologi juga memperkuat literasi visual, mengerti bagaimana menata ruang virtual sama pentingnya dengan memahami komposisi dan pencahayaan di dunia nyata.
Dampak sosial dan inklusivitas dari galeri virtual tak kalah signifikan. Ruang pamer digital membuka akses bagi kelompok yang selama ini sulit hadir di galeri fisik, mereka yang tinggal di daerah terpencil, penyandang disabilitas, atau komunitas dengan keterbatasan ekonomi kini bisa menikmati seni tanpa hambatan besar. Selain itu, pameran virtual bisa menjadi alat pendidikan efektif, sekolah dan perpustakaan dapat membuat tur museum interaktif yang menjelaskan konteks sejarah karya, teknik pembuatan, atau cerita budaya di balik objek pameran. Arsip digital pameran juga menjamin bahwa pameran yang berakhir secara temporer di dunia nyata tetap dapat diakses generasi berikutnya sebagai bahan penelitian dan inspirasi.
Ipunk juga memberikan sedikit tutorial guna memulai pameran di Galeri Artsteps yang relatif mudah bagi pemula. Langkah pertama adalah menyiapkan aset digital, foto berkualitas tinggi dari karya, deskripsi singkat dan mendalam tentang tiap karya, serta bahan multimedia pendukung seperti video proses atau rekaman audio. Selanjutnya, pengguna memilih template ruang atau merancang tata letak sendiri, menempatkan karya dengan drag-and-drop, menambahkan teks kuratorial, dan menguji alur kunjungan. Pada tahap awal sebaiknya dimulai dengan pameran kecil sebagai eksperimen, pelajaran dari pameran pertama akan sangat berharga untuk menyempurnakan tata narasi, navigasi pengunjung, dan elemen interaktif. Promosi lewat media sosial dan jaringan komunitas menjadi kunci agar pameran mendapat kunjungan awal dan umpan balik yang konstruktif.
Tantangan yang tetap perlu diperhatikan antara lain kualitas pengalaman yang bergantung pada perangkat dan koneksi pengguna, serta kebutuhan untuk menjaga orisinalitas dan hak cipta karya dalam ekosistem digital. Seniman dan penyelenggara harus cermat menyiapkan versi resolusi tinggi untuk memenuhi standar apresiasi visual sambil menerapkan langkah proteksi hak cipta yang sesuai. Selain itu, pameran digital tidak serta-merta menggantikan pengalaman fisik yang memiliki aura dan interaksi langsung, pameran virtual sebaiknya dilihat sebagai pelengkap yang memperkaya ekosistem seni, membuka akses, dan memungkinkan eksperimen kuratorial yang inovatif.
Artsteps dan galeri metaverse adalah sebuah pencapaian yang menandai era baru dimana batas antara ruang nyata dan digital semakin cair. Platform ini menuntut generasi muda untuk terus belajar dan beradaptasi agar ide kreatif mereka tidak tenggelam oleh arus perubahan. Menguasai alat pameran virtual adalah investasi pada kemampuan bercerita, kemampuan teknis, dan kapasitas beradaptasi yang sangat berharga di masa depan. Ketika seni bisa menjangkau lebih banyak mata dan telinga melalui ruang digital, maka kreativitas lokal punya peluang lebih besar untuk dikenal, dihargai, dan bersinergi dengan komunitas global. Generasi muda yang aktif mengeksplorasi dan mengembangkan pameran virtual bukan hanya mempertahankan relevansi, tetapi juga turut membentuk wajah baru dunia seni yang lebih inklusif, dinamis, dan terbuka untuk siapa saja.
Pada Gelaran Sri Kumbang Award #01 2025 yang akan berlangsung pada 26 Oktober 2025 mendatang, Kepanitiaan juga bekerjasama dengan Studio 7 Art House dan Studio 7 Art Space guna bisa menggelar sebuah pameran digital Metaverse di gallery publik yang telah diinisiasi, dikurasi dan di manage oleh studio 7 art space sebagai sebuah ruang bebas berekspresi bagi publik.
Setidaknya dalam waktu 1 bulan kedepan 26 Oktober hingga 26 November pasca pengumuman pemenang karya terbaik yang berhasil menjadi juara dan masuk dalam nominasi Sri Kumbang Award 2025 karya-karya mereka akan nongol dalam pameran di Galeri #04 Studio 7 Art Space yang sudah dipersiapkan guna pameran bersama karya kreatif para pelajar yang mengikuti kegiatan Sri Kumbang Award #01 2025 tersebut.
Disamping bisa dinikmati dimana saja Galeri Studio 7 Art Space juga akan membuat sebuah katalog digital, yang bisa diakses siapapun dan kapanpun guna menemani pengunjung galeri dan memudahkan mereka mengenali karya serta kreator pembuatnya. Pastinya pameran ini akan menjadi seru karena tidak hanya bisa dinikmati oleh pengunjung lokal namun juga bisa diakses secara global oleh dunia jadi setiap orang di belahan dunia manapun bisa mengakses dan menikmati hasil karya yang dipamerkan.
“Ini adalah merupakan apresiasi dan penghargaan pada seniman seniman cilik dengan karya terbaiknya yang telah beradu kreativitas dan menuangkan ide serta ekspresinya lewat media gambar. Dalam Sri Kumbang Award.” ujar Ipunk. Dirinya dan
Segenap kepanitiaan berharap dari langkah kecil ini diharapkan bisa memantik semangat dan memberi inspirasi lebih kepada anak anak agar semakin termotivasi dan giat berlatih mengembangkan potensinya. Disamping juga mulai memperkenalkan teknologi guna aktivitas positif yang menunjang dan membuat semangat dalam berkarya.
Terakhir Ipunk juga berpesan kepada seluruh peserta Sri Kumbang Award agar dengan adanya pameran yang tengah dipersiapakan ini mereka bisa semakin termotivasi dan giat berlatih di rumah, sebelum hari ujian dari proses kreatif tersebut diuji dalam sebuah kompetisi mewarnai pelajar sesuai jenjang pendidikan.
“Namun begitu meski hanya diambil 6 Karya terbaik dari setiap kelas kompetisi, semoga hal ini tidak menyurutkan semangat dan terus berlatih, Menang dan kalah adalah biasa dalam sebuah kompetisi, karena kegagalan sejatinya hanyalah kesuksesan yang tertunda.” tutur Ipunk.
Penilaian Dewan Juri mungkin tidak sepenuhnya memuaskan hati bagi semua peserta namun bagaimanapun, sebuah kompetisi tentunya ada aturan main yang disepakati, walaupun belum berhasil lolos pada kesempatan nanti, jangan berkecil hati, anggap kompetisi sebagai sebuah ujian kreatifitas, guna mengetahui sejauh mana proses kreatif yang telah kita capai.
“Hikmah terpenting dari sebuah kompetisi adalah berani tampil dan menjadi diri sendiri, yakin telah menampilkan karya terbaik semampu mungkin, selebihnya biar alam yang akan memberikan seleksi, bila proses dijalani dengan kontinyu, dan tekun pantang menyerah maka pastinya hasil tak akan mengkhianati prosesnya, namun bila kenyataan berkata lain, maka kebesaran hati menerima kekalahan dan terus semangat berlatih adalah kunci guna meraih sukses yang akan datang.”jelas Ipunk berapi api.
Terima Kasih para peserta dan orang tua yang telah mendukung putra putrinya dan mempercayakan Sri Kumbang Award sebagai media olah kreativitas dan bakat, semoga dengan keikutsertaan dalam Sri Kumbang Award ini, kedepan bisa menambah bekal pengalaman dan rasa percaya diri pada putra putri tercinta, yang telah menuangkan ide dan dan kreativitasnya. Mari terus gelorakan dan support semangat mereka agar kelak bisa tercapai segala impiannya.
( Pitut Saputra )