SUKOHARJO, Merdekapostnews.top
Komunitas ojek online di wilayah Kartasura, Sukoharjo baru saja menunjukkan dukungan nyata terhadap upaya menjaga keamanan dan ketertiban bersama Forkopimcam Sukoharjo serta jajaran aparat keamanan setempat. Kegiatan “cipta kondisi” ini digelar tidak hanya sebagai respons atas dinamika sosial yang sempat memanas, tetapi juga sebagai wujud komitmen kolektif para driver ojek online untuk berkolaborasi bersama dengan instansi pemerintahan dan keamanan demi terciptanya suasana yang kondusif (02/09/2025).
Acara dimulai dengan rembug santai dan sesi sharing di aula Kantor Kecamatan Kartasura. Dalam suasana hangat, seluruh perwakilan komunitas ojek online, termasuk Aliansi SOS (Solidaritas Ojol Solo Raya), Paguyuban BC Maksindo Kartasura, dan beberapa komunitas ojol Kartasura, serta aparat Forkopimcam Sukoharjo serta unsur Polri serta Babinsa, saling bertukar pandangan mengenai kondisi terkini. Diskusi meliputi tantangan operasional yang dihadapi para driver, potensi gangguan keamanan, hingga langkah-langkah strategis yang dapat diambil bersama. Keterbukaan informasi antar pihak menjadi pondasi awal penguatan sinergi.
Koordinator Aliansi SOS, Josafat Satrijawibawa, menegaskan bahwa kegiatan cipta kondisi ini didasari kekhawatiran terhadap sejumlah insiden yang terjadi belakangan. “Kami prihatin dengan berkembangnya isu insiden ojol di Jakarta yang sempat memicu aksi unjuk rasa spontan dan berpotensi berujung anarkis. Untuk mencegah hal serupa terjadi di Kartasura dan Solo Raya, kami merasa perlu menyatakan sikap tegas, Bahwasanya kita mendukung penuh upaya Forkopimcam dan aparat keamanan dalam menjaga stabilitas wilayah,” ujarnya kepada awak media. Pernyataan ini sekaligus menjadi ikrar bersama seluruh komunitas ojek online di Kartasura dan Sukoharjo.
Kekhawatiran Josafat bukan tanpa alasan. Karena beberapa waktu lalu, driver ojol di beberapa daerah memang sempat terjebak dalam situasi tidak menentu akibat aksi massa yang mendadak meluas. Narasi yang beredar di media sosial sempat memprovokasi sejumlah elemen masyarakat untuk melakukan unjuk rasa di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk gelombang eskalasi demonstrasi di Solo Raya yang berujung anarkis. Aliansi SOS dan Paguyuban ojol menyadari bahwa peran mereka sangat penting dalam menahan potensi kerusuhan, sehingga kerjasama dengan aparat keamanan menjadi prioritas mutlak.
Selaras dengan itu, Aris, Ketua BC Maksindo Kartasura, menegaskan perlunya peningkatan koordinasi berkelanjutan antara paguyuban ojek online dan pihak berwenang. “Profesionalisme kami sebagai pengantar penumpang, makanan dan barang bergantung pada keamanan. Jalanan bisa jadi sangat rawan kejahatan,” ujarnya. Dalam pertemuan tersebut, Aris juga menyampaikan pengalaman pahit yang dialami salah satu anggota mereka, Margono. Saat mengantar penumpang menuju wilayah Boyolali, Margono sempat dikejar oleh sindikat begal dan geng motor hingga akhirnya terpaksa menginap di pos satpam pabrik setempat untuk menghindari tindak kekerasan. Insiden ini menegaskan betapa rapuhnya keselamatan driver saat beroperasi. Dirinya sangat berharap aparat keamanan bisa segera bertindak ketika mendapat laporan terkait hal serupa, sebab ini menyangkut keselamatan dan nyawa mereka yang tidak tahu menahu persoalan geng jalanan.
Dari sudut pandang aparat keamanan, kehadiran komunitas ojol memang bukan saja sebagai garda terdepan di jalanan justru keberadaan mereka sebenarnya dipandang sebagai aset penting dalam ikut menyampaikan info dan berita terkait tindak kekerasan di jalanan. Perwakilan Polsek dan Koramil Sukoharjo menyambut baik masukan mengenai titik-titik rawan serta pola modus kejahatan yang kerap menimpa driver ojol. Mereka berjanji akan menindaklanjuti laporan setiap kali terjadi indikasi gangguan, serta meningkatkan patroli di kawasan pemukiman dan akses jalan utama. Komitmen ini semakin mengokohkan harapan akan respons cepat setiap kali kondisi darurat menyertai aktivitas ojol di sekitar Kartasura Sukoharjo.
Lebih jauh, Aris juga mengakui bahwa unjuk rasa solidaritas sesama ojol kemarin sempat kehilangan pijakan koordinasi yang jelas. “Sebab aksi spontan atas dasar kemanusiaan itu sempat ditunggangi oknum tidak bertanggung jawab. Kami menolak segala bentuk anarkisme. Oleh karena itu, ketika diundang Forkopimcam dan aparat keamanan, kami sangat antusias ikut serta dalam giat cipta kondisi ini,” tegasnya. Pernyataan tersebut sekaligus menegaskan bahwa komitmen anggota BC Maksindo Kartasura bukan hanya retorika, tetapi implementasi nyata dalam rangka merawat keamanan publik.
Selain menjaga kondusifitas, pertemuan ini juga menjadi wadah bagi komunitas ojol untuk menyampaikan aspirasi dan kendala pekerjaan kepada pejabat kecamatan dan aparat terkait. Mulai dari tuntutan terkait tempat istirahat dan mangkal, titik jemput dan zona merah hingga peningkatan sistem penanganan laporan kejahatan, hingga pelatihan keamanan dasar bagi para driver, semua diangkat sebagai masukan strategis. Forkopimcam Sukoharjo mencatat setiap poin, dan berjanji akan membahasnya dalam rapat koordinasi lintas sektoral berikutnya.

Di penghujung acara, seluruh peserta bersama-sama membacakan ikrar, menjaga stabilitas wilayah, menolak segala bentuk provokasi, dan berkomitmen melaporkan setiap gangguan keamanan. Dengan semangat merah putih sebagai latar, ikrar ini menjadi simbol persatuan antara komunitas ojek online dan aparat keamanan, menegaskan tekad bersama untuk menyongsong suasana yang aman dan produktif.
Melalui langkah terpadu ini, masyarakat Kartasura dan Sukoharjo diharapkan dapat merasakan manfaat nyata, keamanan yang terjaga, kepercayaan publik yang meningkat, serta ruang operasional ojol yang lebih terlindungi. Komunitas ojek online, yang sehari-harinya bersinggungan langsung dengan dinamika kota, kini resmi bertransformasi menjadi mitra strategis aparat dalam mencipta kondisi aman demi kesejahteraan bersama.
(Pitut Saputra)













